Supervisi merupakan suatu layanan profesional yang berbentuk memberikan bantuan pada personil sekolah dalam meningkatkan kemampuannya sehingga mampu mempertahankan dan melakukan perubahan penyelenggaraan sekolah dalam upaya meningkatkan pencapaian tujuan sekolah. Supervisi merupakan serangkaian kegiatan yang membantu personil meningkatkan kemampuannya yang mencakup sarana dan prasarana, kurikulum, sistem pengajaran dan penilaian. Penerapan supervisi pendidikan berkaitan erat dalam meningkatkan kualitas pendidikan maka perlu adanya upaya mengoptimalkan kualitas sumber daya pendidikan.
Di dalam supervisi pendidikan ini terdapat empat model yang menjadi kerangka dari sebuah konsep, yaitu model supervisi konvensional yang dilakukan secara otoriter dan feodal, model supervisi ilmiah untuk menyaring informasi dan data, model supervisi klinis, dan model supervisi artistik. Selain model, terdapat juga lima jenis supervisi pendidikan yaitu, supervisi umum, supervisi pengajaran, supervisi klinis, pengawasan melekat, dan pengawasan fungsional.
Model Supervisi Pendidikan
Model dalam bahasa inggris “modle” yang berarti bentuk atau kerangka dari sebuah konsep. Model merupakan tampilan yang ditunjukkan dengan bentuk yang diinginkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pendidikan penting dengan adanya model supervisi. Model supervisi ini terbagi pada beberapa model, diantaranya adalah:
- Model Supervisi Konvensional (tradisional)
Model konvensional ini merupakan model yang dilaksanakan secara otoriter dan feodal. Model pengawasan seperti ini banyak dilakukan dengan tujuan menakut nakuti guru, kepala sekolah. Supervisor berkunjung atau melakukan penilaian pada sekolah tersebut hanya untuk mencari kesalahan bukan bertujuan memberikan bimbingan dan arahan (Nasution, 2021;37).
Praktek-praktek seperti ini bukan berarti bahwa tidak menunjukkan kesalahan. Namun bagaimana cara kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga yang disupervisi akan menerima kesalahan yang harus diperbaiki. Caranya dengan memakai bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan (Rindaningsih, 2021: 86).
- Model Supervisi Ilmiah.
Supervisi ilmiah merupakan model supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menyaring informasi atau data dan menilai kinerja pendidik atau lembaga pendidikan dengan menggunakan angket (Nasution, 2021:38). Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri- ciri diantaranya:
- Dilakukan secara berencana dan berkelanjutan.
- Berurutan dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
- Menggunakan perangkat ataupun alat pengumpulan data.
- Data yang objektif yang diperoleh dari keadaan faktual.
- Dengan menggunakan sistem penilaian kemampuan lalu peserta didik menilai proses belajar mengajar pendidik di ruang kelas. Hasil penilaian diberikan kepada pendidik untuk perbaikan. Penggunaan alat perekam data berhubungan erat dengan penilaian tersebut. Namun, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi (Rindaningsih, 2021:87).
- Model Supervisi Klinis.
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik. Dalam perencanaan pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis merupakan proses membantu guru dalam memperkecil kesenjangan antara tingkah laku belajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif (Azis, 2016:74). Ciri- ciri supervisi klinis sebagai berikut:
- Bimbingan dari supervisor kepada supervisee bersifat bantuan, bukan perintah.
- Keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh pendidik dan disepakati melalui peninjauan bersama antara pendidik dan supervisor.
- Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
- Supervisor akan banyak bertanya dan mendengarkan dari pada mengarahkan.
- Supervisi berlangsung dalam suasana terbuka.
- Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi.
Pada jenis supervisi klinis ini, para supervisor melakukan pengumpulan data lengkap dari laboratorium atau dari berbagai sumber sebelum menentukan kritikan ataupun arahan bahkan bimbingan secara tepat. Laboratorium supervisor dapat berupa keterampilan mengajar dari berbagai sumber, analisa supervisi dari waktu ke waktu serta media pembelajaran seperti audio, video, audio visual ataupun perangkat lainnya. Supervisor juga dapat memperoleh data tentang guru atau para pendidik yang akan disupervisi dari guru itu sendiri, guru lain serta dari siswa langsung merasakan bagaimana di kelas guru tersebut mengajar. Setelah supervisor mengumpulkan data tersebut maka supervisor akan mendiagnosa permasalahan guru, dan pengawas akan melakukan supervisi klinis (Nasution, 2021:38).
- Model Supervisi Artistik.
Supervisi merupakan kegiatan mendidik sehingga berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan kiat. Supervisi menyangkup bekerja dengan orang lain, maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah hal yang utama. Hubungan antar manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana apa adanya. Hubungan tersebut akan tercipta jika adanya unsur kepercayaan, mengerti dan saling menghormati (Rindaningsih, 2021: 88).
Dalam model artistik ini, pendidik akan merasa dibimbing, dibantu, diterima dan merasa aman serta lebih termotivasi untuk lebih bergerak maju. Sikap menerima dan mendengarkan keluhan guru sehingga pendidik akan dapat terbuka dalam mengemukakan masalahnya sehingga dapat ditemukan pemecahannya (Nasution, 2021:39). Sebagaimana pendapat Suhertian (2000: 43-44) bahwa ciri model artistik sebagai berikut:
- Memerlukan perhatian, supervisor akan banyak mendengarkan dari pada berbicara.
- Memerlukan keahlian khusus untuk memahami apa yang dibutuhkan.
- Memerlukan laporan yang menunjukkan dialog antara supervisor dan yang akan disupervisi.
- Memerlukan kemampuan berbahasa dan kemampuan menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan sehingga memperoleh pengalaman dan mengapresiasi dari apa yang dipelajari.
Pada model- model supervisi pendidikan yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa masing- masing model memilki penekanan masing- masing. Pada model konvensional, lebih menekankan pada sistem otoriter dan feodal. Pada model supervisi ilmiah, lebih menekankan bahwa supervisor akan melakukan penyaringan informasi dan menilai kinerja pendidik dengan menggunakan angket. Pada supervisi klinis, supervisi ini lebih menekankan pada observasi dan analisis data yang objektif. Sedangkan model supervisi terakhir yakni supervisi artistic, lebih menekankan pada unsur kemanusiaan yang saling mengerti dan menghormati.
Jenis Supervisi Pendidikan
Setiap kegiatan yang dilakukan di sekolah memerlukan adanya supervisi agar kegiatan dapat berjalan dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Supervisi di dalam dunia pendidikan dapat dibedakan menjadi supervisi umum dan supervisi pengajaran. Selain itu, kita juga mengenal supervisi klinis, pengawasan melekat serta pengawasan fungsional. Purwanto (2010:89) menjelaskan bahwa supervisi itu dibagi menjadi lima jenis, yakni:
- Supervisi umum
Supervisi umum merupakan supervisi yang kegiatannya secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran, seperti hal yang terkait dengan pengelolaan bangunan, perlengkapan sekolah, supervisi pengelolaan kantor dan sebagainya.
Purwanto (2010:90-91) mengatakan supervisi umum ialah pengawasan yang dilakukan terhadap kegiatan tentang usaha perbaikan pengajaran secara tidak langsung. Kegiatan ini meliputi pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah ataupun kantor-kantor yang bergerak dibidang pendidikan. Selain itu, difokuskan juga terhadap pengelolaan keuangan dan admnistrasi yang berada di sekolahan atau lembaga pendidikan.
- Supervisi pengajaran.
Supervisi pengajaran ini akan lebih berfokus terhadap pengawasan yang bertujuan untuk perbaikan kondisi personil maupun materiil. Kegiatan ini diharapkan mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri
- Supervisi klinis
Supervisi klinis akan lebih berfokus untuk mencari penyebab atau kelemahan saat proses pembelajaran dan langsung memikirkan serta mengusahakan bagaimana solusi atas kelemahan yang timbul. Kegiatan ini dilakukan setelah supervisor melakukan pengecekan langsung terhadap bagaimana cara mengajar guru tersebut dengan cara melakukan diskusi. Tujuan supervisi klinis lebih ditekankan untuk perbaikan pengajaran dengan siklus sistematis. Siklus ini dimulai dari tahapan perencanaan, pengamatan serta analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya. Tujuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan yang rasional.
- Pengawasan melekat.
Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang memang sudah sendirinya (melekat) menjadi tugas dan tanggung jawab semua pimpinan. Pengawasan melekat yang dilakukan dengan efektif dan efesien dapat dicegah sedini mungkin terjadinya pemborosan , kebocoran, dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang dan perlengkapan lainnya. Tujuan pengawasan melekat yakni untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat dengan baik sehingga bila ada penyelewengan, pemborosan, korupsi, pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan perbaikan sedini mungkin.
- Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional merupakan pengawasan yang dilakukan dalam suatu lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, penyelidikan dan penilaian.
Dalam pembagian jenis- jenis supervisi pendidikan juga terdapat pendapat lain. Menurut Sabandi (2013:7-9) bahwa supervisi terbagi pada:
- Supervisi Akademik.
Supervisi akademik yakni supervisi yang menitikberatkan pada masalah akademik, yaitu langsung berada dalam lingkup pembelajaran yang dilakukan guru ketika sedang dalam proses belajar mengajar. Supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian dalam kinerja guru pada pengelolaan pembelajaran. Unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan proses estimasi kualitas unjuk kerja guru. Penilaian unjuk kerja guru merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut:
- Memahami konsep, prinsip sampai kepada karakteristik perkembangan tiap mata pelajaran sekolah.
- Membimbing guru dalam menyusun silabus pada pengembangan mata pelajaran.
- Membimbing guru dalam memilih serta dalam menggunakan strategi/ metode/ teknik apa yang akan digunakan pada pengembangan mata pelajaran di sekolah.
- Membimbing guru dalam menyusun RPP pada mata pelajaran di sekolah.
- Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan potensi peserta didik.
- Membimbing guru dalam mengelola media pendidikan serta fasilitas pembelajaran pada peserta didik (Asmani,2012:92-93).
- Supervisi Administrasi
Supervisi administrasi merupakan supervisi yang menitikberatkan pengamatan pada aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan mempelancar terlaksananya proses pembelajaran, bisa berupa kurikulum, penyusunan jadwal serta guru yang merangkup dalam mata pelajaran dan laporan nilai peserta didik.
- Supervisi Lembaga.
Supervisi lembaga menitikberatkan pada objek pengamatan supervisor pada aspek yang berada di seluruh sekolah. Jika pembahasan supervisi akademik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka supervisi lembaga ini untuk meningkatkan nama baik sekolah atau lembaga pendidikan secara keseluruhan.
